Pin It

23 May 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 14:21

Dokumentasi Pembangunan Infrastruktur Jalan Lintas Selatan-Selatan Kebumen

Pembangunan infrastruktur Jalan Lintas Selatan-Selatan diwilayah Kabupaten Kebumen akhirnya dilanjutkan tahun ini. Dalam pantauan saya,  proyek jalan lintas selatan-selatan (JLSS) di wilayah Kecamatan Mirit, Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan hingga Puring sudah mulai dikerjakan sejak Desember 2015. Saat itu saya bikin artikel diblog ini dengan judul Dokumentasi Pembangunan Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) Wilayah Urut Sewu Ambal Kebumen. Dan setelah 4 bulan berlalu, jalan tersebut sudah mulai rata meski masih berupa tanah dan belum sampai proses pengerasan. Total panjang JJLS di Kabupaten Kebumen 55,87 km. Melintasi 30 desa di 8 kecamatan. Dimulai dari Jembatan Wawar di Kecamatan Mirit, hingga Kali Bodo di Kecamatan Ayah. Semula JJLS hendak menggunakan Jalan Daendels, namun dialihkan ke selatan memanfaatkan Jalan Diponegoro yang nonstatus. Di tahap awal, JJLS akan dibangun dari Desa Tambakmulyo Kecamatan Puring hingga Jembatan Wawar di Kecamatan Mirit sepanjang 38,4 km.

Jl Diponegoro Ambal

Mengenal Jl Diponegoro Di Urut Sewu Kebumen

Pembangunan JLSS paket Slarang (Cilacap)- Bodo-Tambakmulyo-wawar (Kebumen) yang melalui jalan Diponegoro ini diperkirakan akan memakan waktu selama tiga tahun. Mungkin masih banyak rekan pembaca yang belum mengenal jalan Diponegor diwilayah Urut Sewu Kebumen yang membentang dari Mirit, Ambal, Buluspesantren ini. Letak Jalan Diponegoro sekitar 1 kilometer dari jl Daendels atau 15 kilometer dari Jalan utama Kebumen.



Jangan pernah bayangkan jalan diponegoro ini lebar dan beraspal. Jl Diponegoro ini dulunya anya lorong tanah selebar tak lebih dari 2 meter. Permukaannya ditumbuhi rumput liar. Sisi kanan berbataskan pematang sawah penduduk. Namun, warga Urut Sewu Kebumen, percaya, menyusuri jalan ini akan sampai Yogyakarta. Sayangnya, Jalan Diponegoro tersebut kini tak seperti yang dibayangkan. Banyak ruas yang terpotong dan beralih fungsi menjadi tegalan, sawah, terpotong jalan umum, hingga permukiman.


Masyarakat Urut Sewu percaya, jalan yang berjarak 1 kilometer dari Pantai Selatan itu sebagai jalan gerilya pasukan Pangeran Diponegoro. Meskipun episentrum perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta, area gerilyanya luas mulai dari Madiun, Surakarta, Ambarawa, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Purworejo, hingga Kebumen. Tak heran, Belanda menyebut perang yang terjadi pada tahun 1825-1830 tersebut sebagai perang Jawa. Selain karena cakupannya yang luas, perang yang dikobarkan Diponegoro mampu memobilisasi kekuatan masyarakat untuk menentang penjajah waktu itu. Untuk memadamkan perlawanan itu, kolonial Belanda harus mendatangkan bala pasukan dari Batavia dan biaya yang sangat besar.

Masyarakat khususnya di sepanjang area Urut Sewu yang melintang dari barat ke timur pesisir selatan Kebumen percaya, tempat mereka berpijak kini dahulu merupakan bagian dari wilayah gerilya Diponegoro. Keberadaan Jalan Diponegoro adalah salah satu bukti nyata dulunya jalan yang dibuat pasukan Diponegoro untuk melawan penjajah.

Pada masa Perang Diponegoro, Kebumen masuk wilayah mancanegara dalam landskap wilayah Kesultanan Yogyakarta di bawah Hamengku Buwono. Di bagian barat, area gerilya ini meliputi sepanjang perbukitan Menoreh, Bagelen (kini Purworejo), hingga Kebumen.

Di wilayah-wilayah tersebut, Diponegoro melalui panglima perangnya yang termahsyur, Senthot Alibasyah Prawiradireja (orang setempat menyebutnya Tumenggung Senthot), merekrut masyarakat yang anti-kolonial untuk bergabung dalam perang gerilya. Ada pula para begal dan orang-orang sakti di padepokan yang turut serta. Sejumlah kerabat kadipaten dan pangeran yang dianggap mbalelo pun banyak yang ikut. Salah satu yang terkenal adalah Ki Demang Bagelen asal Purworejo. Nilai strategis kawasan mancanegara, selain untuk merekrut basis pasukan adalah area pelarian dan menyusun kekuatan. Secara militer, Jalan Diponegoro terbilang strategis karena letaknya tersembunyi, yaitu di pesisir selatan yang jauh dari jalan utama yang mungkin dilalui pasukan Kompeni Belanda. 

Pengerjaan Proyek Jalan Lintas Selatan-Selatan Kebumen Dipercepat 

Mengutip Info Publik Pengerjaan pelebaran jalan Slarang-Tambakmulyo-Congot yang menghubungkan Kabupaten Kebumen, Purworejo, dan Cilacap, terus dikebut. Ditargetkan jalan empat jalur tersebut, khususnya Paket Lot 3 Wawar-Congot rampung pada Agustus-September 2016 mendatang. Kontraktor dari PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Firdaus, menjelaskan perencanaan pekerjaan jalan Slarang-Tambakmulyo-Congot yang termasuk jalur jalan lintas selatan-selatan (JLSS) sudah dilakukan sejak 2011. Jalan yang semula hanya dua jalur, diperlebar menjadi empat jalur atau mencapai lebar 24 meter. Dengan begitu akses masyarakat yang melintasi Kabupaten Kebumen, Purworejo, hingga Cilacap akan lebih lancar. Kondisi jalan pun lebih bagus. 

Jembatan Wawar
Saat ini pembebasan lahan pada paket Lot 3 Wawar-Congot sudah selesai. Pekerjaan pelebaran jalan sudah berlangsung di beberapa ruas jalan dengan realisasi hingga 5 Januari ini sebesar 14,412%. Pengerjaan jalan dari Congot hingga Jembatan Wawar ditargetkan selesai pascalebaran, atau pada Agustus-September tahun ini.


Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi saat melakukan peninjauan di ruas jalan Congot, Selasa (5/1), berharap agar pembangunan jalan terus dikebut, sehingga jalan di Jawa Tengah tidak tertinggal dari provinsi tetangga. Seperti di wilayah Congot Purworejo yang berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Seperti di sini, kalau jalannya sudah jadi, dari Yogya ke Jawa Tengah tidak njeglek. Masak kesannya kok sampai Jawa Tengah jalannya njegluk-njegluk," ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut wakil gubernur menyempatkan memantau JJLS mulai dari Congot, Jatimalang, Jati, Wawar, Buluspesantren, Tambakmulyo, Karangbolong, Jladri, Ayah, Adipala, hingga Slarang Cilacap, dilanjutkan ke Banyumas dan Purbalingga. Sebelumnya, Heru juga meninjau ruas jalan provinsi mulai dari Kopeng, Magelang, Salaman, Tempuran, Purworejo. (humas jateng/MCjateng/toeb

Pembangunan JLSS Kebumen Terkendala Blokade Warga 

Ketika saya ikut melihat langsung pembangunan JLSS ini saya ikut mas Puer yang membawa Dump Truck pengangkut tanah urugan jalan dari Korowelang menuju Ambal. Nampak Puluhan warga Desa Triwarno Kecamatan Kutowinangun melakukan aksi unjuk rasa, Minggu pada 15/5/2016. Warga menuntut kejelasan dan perbaikan atas kerusakan jalan, yang dilalui oleh truk pengangkut tanah urug jaringan jalan lintas selatan-selatan (JLSS). Selama ini memang pengambilan tanah urug untuk mega proyek JLSS salah satunya diambil dari Desa Korowelang. Pengangkutan melewati Desa Triwarno Kecamatan Kutowinangun sepanjang 10 Km. Kemudian melewati Kambalan ke arah selatan tembus jalan Daendels dan menuju  ke lokasi proyek JLSS. Jarak dari pengambilan urukan sampai lokasi proyek JLSS sekitar 25 km, truk pengangkut urukan JLSS mengakibatkan jalan rusak.





Dalam aksi tersebut, warga juga sempat melakukan aksi blokade jalan menggunakan batang kayu pohon palem. Batang pohon kayu yang besar diletakkan melintang di tengah jalan. Akibatnya, truk pengangkut tanah urug pun tidak dapat melintas, berhenti dan sempat menjadi antrian panjang.
aksi warga dipicu kerusakan jalan yang dilalui truk pengangkut tanah urug. Kondisi jalan yang berlubang dan berkubang serta licin itu, telah mengganggu aktifitas warga dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Selain itu hingga kini juga belum ada kejelasan terkait pihak yang akan bertanggung jawab atas kerusakan jalan tersebut.”Warga, menuntut agar ada perbaikan jalan.

Akhirnya saya dan Poer pun mengambil tanah urugan di Jatijajar. Lokasi pengambilan ini tepat disebelah barat lokasi wisata goa Jatijajar. Disana pemandangan cukup menarik karena didominasi pegunungan karst dengan air mancur di sekitar lokasi pengambilan tanah.

Cukup indah kan perbukitan karst di sebelah barat obyek wisata goa Jatijajar yang dikepras dan diambil tanahnya untuk mega proyek jlss ini. Yang menjadi pertanyaan saya apakah tidak merusak lingkungan setempat ya karena itu kan kawasan yang layak dilindungi. Atau buki di Jatijajar ini sengaja di kepras untuk membuat jalan baru menjadi landai.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers