Pin It

08 May 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 01:49

Sejarah Pesawat Kepresidenan Era Soekarno Dan Soeharto

Indonesia sejak zaman Bung Karno menjadi Presiden RI pertama sudah mempunyai pesawat kepresidenan, padahal pada waktu itu Presiden AS
belum mempunyai pesawat khusus. Pesawat Kepresidenan pertama adalah sebuah pesawat terbang jenis Ilyushin Il-18 yang diberikan oleh Pemerintah Rusia. Ketika itu Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev menghadiahi dua unit pesawat Ilyushin Il-18 untuk Presiden Soekarno. Pesawat yang diberi nama Dolok Martimbang membawa Presiden ke seluruh tanah air. Pada tahun 1960-an, Bung Karno yang mendengar bahwa Presiden AS mempunyai privilege untuk memakai pesawat Boeing 707, lalu selalu menyewa pesawat Boeing 707 milik perusahaan penerbangan Pan American Airways (Pan-Am). Pesawat itu disewa lengkap sampai pramugari. Pramugarinya pun harus yang cantik dan sesuai dengan ''selera'' penumpang utamanya.


Ketika pada tahun 1961 Presiden Sukarno berkunjung ke Washington DC dan bertemu dengan Presiden John F Kennedy, beliau diberi hadiah sebuah
helikopter Sikorsky sebagai Helikopter Kepresidenan. Bung Karno sangat bangga dengan pemberian itu, karena hanya sejumlah kecil heli sejenis
yang dibuat oleh pabriknya, lalu memakainya untuk penerbangan Istana Merdeka ke Istana Bogor setiap weekend.

Kemudian sekali Indonesia membeli sebuah pesawat Jetstar dari perusahaan Lockheed, yaitu sebuah pesawat jet eksekutif untuk maksimal 12 orang penumpang. Pesawat ini disiapkan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah dan bukan di bandara sipil Kemayoran, karena menyangkut
pengamanannya serta mudahnya akses dalam keadaan darurat.

Dalam sejarahnya, zaman Bung Karno, disiapkan contingency plan untuk membawa Presiden ke Halim bila ada situasi gawat dan menerbangkannya ke mana pun dalam waktu secepatnya; dan ini dimungkinkan karena awaknya siaga 24 jam.

Pesawat Kepresidenan Era Soeharto

Ketika Presiden Soeharto naik menjadi Presiden RI Kedua, beliau tidak pernah memakai pesawat peninggalan Bung Karno. Pada awal Orba, kunjungan ke daerah-daerah selalu mempergunakan pesawat C-130 Hercules milik TNI AU. Untuk keluar negeri Pak Harto memilih untuk menyewa pesawat milik Garuda Indonesia Airways (GIA).

Dalam perjalanan ke luar negeri pertama, yaitu saat masih sebagai Pj Presiden berkunjung ke Kamboja dan Jepang, pesawat yang digunakan adalah DC-8 milik GIA.

Setelah kondisi perekonomian semakin membaik maka barulah ada pesawat Kepresidenan berjenis Fokker F-28. Pesawat jenis Fokker F-28 tersebut tidak dibeli atau kemudian dioperasikan oleh TNI AU tetapi justru oleh perusahaan penerbangan Pelita Air Service (PAS) yang merupakan anak perusahaan Pertamina.

Konfigurasinya dibuat untuk angkutan VVIP, artinya ada tempat duduk khusus untuk Presiden yang juga mempunyai kabin terpisah dari tempat penumpang lain. Pesawat yang bisa membawa 85 orang penumpang itu dirubah menjadi pesawat dengan kapasitas penumpang 40 orang saja.

Pihak PAS kemudian pada awal tahun 1990-an mengganti pesawat Kepresidenan dengan jenis yang baru. Pesawat yang dibeli adalah pesawat BAe-146 buatan pabrik British Aerospace, Inggris. Pesawat dengan empat mesin jet ini bisa mendarat dan terbang di lapangan terbang yang
sederhana. Dan itu dianggap cocok untuk wilayah Indonesia dan bisa membawa 109 orang penumpang. Kemudian konfigurasinya dirubah untuk versi VVIP dengan jumlah maksimal penumpang 30 orang saja.


Sejak pesawat Kepresidenan ditangani sepenuhnya oleh PAS, maka para awaknya juga adalah orang-orang sipil. Hanya saja setiap kali Presiden pergi selalu ada awak cadangan yang ikut dan seorang perwira penerbang
senior TNI AU yang bertindak sebagai liason officer duduk di kokpit.

Untuk perjalanan ke luar negeri, Pak Harto selalu memilih pesawat
DC-10 milik Garuda Indonesia. Pesawat itu sebelum digunakan selalu diperiksa dengan teliti seluruh frame dan mesin diperiksa ulang.

Konfigurasi tempat duduknya juga dirubah dan disesuaikan dengan
komposisi penerbangan VVIP. Kemudian pertengahan tahun 1990-an, ditambahkan pula sebuah kamar tidur khusus untuk Presiden.

Sumber: Suara Pembaruan 11 September 2000
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers