Pin It

16 January 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 14:20

Mail, Pria Asal Kebumen Ini Rubah Sampah Jadi Suara Merdu Yang Memukau Jalanan Ibu Kota

Ditengah terik matahari jalanan ibu kota, tampak sesosok pria paruh baya. Ia sibuk melubangi sebatang bambu suluh sepanjang lengan dengan pisau lipatnya. Sesekali ia menyeka keringatnya yang bercucuran di emperan jalan ibukota Jakarta. Mail, begitu sapaan akrab dari para kerabatnya. Sekitar setahun silam ia menekuni pekerjaan ini. Memberdayakan barang bekas layaknya harta karun. Tiang bendera, batang bambu, bahkan pipa bekas untuk dijadikan suling yang menghasilkan alunan suara yang menyejukkan hati. “Orang lihat ini sampah, dibuang. Tapi bagi saya kan nggak begitu,” ujarnya dengan raut wajah yang ramah. Sayang dia dan serulingnya gak mau di foto, jadi foto disini cuma ilustrasi saja.


Bermodalkan bahan yang dipungutnya di tepi jalan, Mail mampu menyulapnya menjadi sebuah karya seni yang indah. “Bahan-bahan ini saya ambil di dekat pohon di tepi jalan,” ucapnya. “Saya ambil, saya manfaatkan, saya bikin jadi suling,” sambungnya. Sampai saat ini, suling yang telah ia buat sudah lebih dari ratusan. Karena sudah mahir dan telaten, satu buah suling bisa diselesaikan dalam waktu 15 menit. Bahkan untuk suling dari pipa, bisa ia kerjakan sambil menghisap sebatang rokok.

Suling yang dibuatnya pun dijual. Untuk suling bambu, diberi harga Rp 20.000. Lain halnya suling pipa yang dihargai Rp 10.000, karena bahan lebih mudah didapat. Tentu saja ini merupakan suatu profesi untuk mencari nafkah. “Satu hari terjual nggak tentu. Kadang nggak ada yang beli,” ucapnya. “Rejeki datang sesuai kehendak Yang Diatas,” tambah pria yang mengidolakan penyanyi dangdut Rhoma Irama itu.

Meskipun demikian, tidak jarang ayah dari 4 anak ini memberikan hasil karyanya secara cuma-cuma. “Ini saya beri kalau mau, buatnya gampang,” tuturnya. “Nanti bawa pulang, kamu bisa bikin lagi sendiri. Ajarkan juga sama yang lain,” katanya sembari menyodorkan suling pipa hitam nan elok.

PISAH DARI KELUARGA

Kecintaannya pada musik, mendorong niat Mail untuk melihat dunia luar. Ia ingin belajar sekaligus berbagi kepada orang-orang yang ditemuinya di kota besar. Hal itu membuat pria religius ini terpaksa harus berpisah dengan istri dan anak-anaknya yang berada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Mau tidak mau, pria kelahiran tahun 1964 ini harus menabung. Tabungan ini kelak akan digunakan untuk kembali berkumpul bersama keluarga. “Balik ke Kebumen tunggu ada uang lebih,” ujarnya dengan nada sendu. Maklum, ongkos perjalanan menggunakan kereta api atau bus cukup mahal. Berkisar antara Rp150.000 sampai Rp200.000.

SECERCAH HARAPAN

Di sela-sela kesibukan, ia selalu menyempatkan diri meniup suling. Suara merdu datang dari pinggiran jalan kota yang ramai. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menghibur orang di sekitar. “Kita main musik mau menghibur orang yang sedih. Semua orang perlu hiburan,” jelas pria yang dulunya pernah bekerja di sebuah komplek perumahan.

Suara khas dari suling Mail kerap menarik perhatian para pejalan kaki. Terutama pelajar, mahasiswa, bahkan turis dari mancanegara. Permainan sulingnya memang enak didengar. Suaranya yang mengalun dan berkarakter menjadi kelebihan dari suling Mail.

Pria yang sabar dan tekun ini ternyata tidak hanya mahir menggunakan alat musik suling. Ia juga bisa bermain piano dan gitar. Bahkan kualitas vokal yang dimilikinya sangat khas. “Saya senang dengan musik, punya jiwa musik. Apapun musiknya saya belajar,” ujarnya.

Musik tanah air menjadi musik andalan Mail. Di balik keuletannya, sosok bijaksana ini menyimpan setitik harapan bagi rakyat Indonesia di era globalisasi sekarang. “Saya mainkan lagu khas Indonesia. Umpamanya lagu dangdut. Yang nggak suka dengar, lama kelamaan jadi suka. Biar cinta produk tanah air,” ucapnya.

Di samping itu, ia sering mengajarkan orang awam cara membuat suling sederhana. “Ini saya ajarkan, ilmunya saya bagi. Kalau berhasil buat, ini bisa dijual,” tuturnya. “Biar semua orang tahu, walaupun hanya suling sederhana, suaranya nggak kalah dari gitar dan piano,” sambungnya.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers