Pin It

12 January 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 12:51

Antara Media Konvensional Dan Media Sosial, Dulu Kita Pembaca Sekarang Kontrol Media Ada Pada Kita

Coba perhatikan media massa konvensional jaman sekarang di era digital ini. Menurut pandangan saya agak aneh dan serba terbalik. Dahulu kita menunggu kabar dari media konvensional dan tradisional macam koran dan tv. Sekarang kok media konvensional nan tradisional semakin sering mengakses informasi dari blogs, forum internet, bahkan media sosial macam Youtube, facebook, twitter dan sebagainya. Yang parah, kadangkala tanpa memeriksa latar belakangnya dengan baik. Kadang mereka ambil saja mentah mentah. Bila ada Thread ramai di forum maupun di media sosial atau video dalam Youtube yang meroket dalam waktu singkat, mereka buru buru memuatnya. Sebagai contoh misal "Tukang Tambal Ban Cantik" itu kan awalnya dari media sosial dan di besarkan oleh media nasioanal baik tv maupun koran.


Salah satu penyebabnya menurut sata adalah karena sekarang ini pengguna internet makin banyak. Ini membuat mereka berpikir bagaimana memberikan konten yang sedang ramai di masyarakat. Kalau mereka tidak melakukannya, ya kita tahu sendiri kalau di sebelah media online itu ada yang disebut media sosial (social media). Meskipun karakternya berbeda. Tantangan lainnya bagaimana media konvensional online menggunakan media sosial. Publik kan telah menggunakan media sosial untuk kepentingan mereka yang tidak tersuarakan oleh media mainstream (media konvensional). Nah, karena itu media-media mainstream harus bisa menggunakan media sosial, sehingga terwujud adanya konvergensi. Kalau membicarakan konvergensi itu bukan berarti ada koran, ada tv, cetak, dan online, tetapi adanya konvergensi antara mainstream media dengan media sosial.

Kita semua memahami salah satu karakter media online adalah interaktif, yang bukan hanya tanggapan atau forum, tapi juga melalui Facebook dan Twitter. Ini sangat bermanfaat karena para pembaca yang pengguna Twitter dan Facebook bukan sekedar memberikan masukan atau kritik, tetapi juga memberikan informasi. Ini kemudian yang mereka follow up agar bisa menjadi berita. Jadi berita tersebut awalnya muncul di facebook dan Twitter, disitu mereka melihat respon masyarakat secara jelas. Dan itu menurut saya, salah satu kunci yang sangat penting dalam perkembangan media.

Bagaimana dengan akurasinya? Akurasi tidak boleh dibahas, itu wajib. Dan apabila dalam perjalanannya ternyata salah kutip itu wajar yang penting tidak boleh disengaja. Jika terjadi kesalahan, itu harus dilakukan ralat, itu kewajiban menurut saya. Sebenernya dimata maysrakat, akurasi itu sudah tidak jadi masalah. Publik mengerti, oh kalau ini salah, mereka akan teriak. Itu bedanya, media online itu lebih berat tantangannya, karena masyarakat bisa dengan cepat melihat ini salah atau benar. Pengontrolnya itu se-Indonesia, kasarnya begitu. Sehingga enggak bisa lagi, pengelola media online mau seenaknya sendiri dan dikontrol oleh kepentingan pemodal atau politik tertentu. Itu susah, pembaca itu benar-benar mengontrol, dia bukan sekedar menjadi pembaca, tetapi juga mengontrol terhadap pemberitaan. Ini yang berbeda dengan era dulu. Era digital, media dikontrol langsung oleh publik.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers