Pin It

30 May 2014

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 01:57

Korp Kavaleri TNI AD

Dalam lingkup TNI Angkatan Darat, korps kavaleri disusun atas beragam tingkat satuan. Dimulai dari tingkat batalion. Meski memiliki nama batalion, namun ukuran ini tidak mengacu pada standar yang lazim berlaku. Batalion kavaleri tidak selalu terdiri dari 600-1000 personel, berbeda dengan standar dalam batalion infanteri. Ukuran batalion bagi korps yang menggunakan baret hitam ini mengacu pada jumlah kendaraan yang dimiliki, misalnya terdiri dari sekian tank atau sekian panser.

Ambil contoh pada batalion kavaleri di lingkungan Kostrad, satu peleton kavaleri terdiri atas 3 tank Scorpion dan 1 tank Stormer APC. Lebih jauh, tiga peleton membentuk tiga kompi, dan akhirnya tiga kompi membentuk satu batalion.[1]  Satu batalion kavaleri lazimnya terdiri atas 3 kompi pemukul dan 1 kompi markas. Markas kompi batalion kavaleri biasanya tersebar di beberapa kota. Seperti Batalion Kavaleri 2/Turangga Ceta yang bermarkas di Ambarawa memiliki kompi yang bermarkas di Yogyakarta.

Unsur persenjataan utama Yonkav terdiri dari dua jenis, yakni tank dan panser. Ada Yonkav yang persenjataannya khusus panser (Yonkav Panser) atau khusus tank saja (Yonkav Tank), atau gabungan antara keduanya (Yonkav Serbu). Contoh Yonkav yang persenjataannya hanya tank: Yonkav 1/Tank Kostrad. Sedang khusus panser, contohnya Yonkav 7/Panser Khusus Kodam Jaya. Contoh yang gabungan seperti Yonkav 9/Serbu (Kodam Jaya), Yonkav 4/Serbu (Kodam III/Siliwangi). Meski demikian, Yonkav yang berunsur gabungan panser dan tank adalah bentuk yang paling umum. Hingga saat ini, terdapat 12 batalion kavaleri di lingkup TNI AD yang tersebar di tingkat Kodam dan Kostrad. Selain itu, masih terdapat juga satuan kavaleri lain dalam bentuk kompi kavaleri berdiri sendiri atau detasemen kavaleri di lingkungan TNI AD. Kompi kavaleri (Kikav) panser berada di tiap Kodam.

Berikut sekilas pandang ranpur milik korps kavaleri TNI AD yang hingga kini masih aktif. Tentunya masih ada beberapa tipe ranpur yang tidak diulas, mengingat fokus ulasan buku ini pada mengenal ranpur berupa tank dan panser.

AMX-13 : Tank Tempur Utama TNI AD

AMX-13 Kavaleri Kostrad dalam sebuah defile
Foto : istimewa
AMX-13 Kavaleri Kostrad dalam sebuah defile Foto : istimewa

Sepanjang sejarah, TNI AD memang belum pernah memiliki satuan tank sekelas MBT (Main Battle Tank), atau disebut juga tank kelas berat, seperti tipe M1 Abrams, Leoprad atau Merkava yang kondang di beragam medan tempur. Meski demikian, angkatan darat memiliki tank utama, yakni AMX-13 buatan Prancis. Meski dari segi usia tank ini tergolong sepuh, karena dibuat antara tahun 1950–1960an, namun hingga saat ini AMX-13 masih digunakan satuan kavaleri TNI AD. Tank ini disebut sebagai tank utama karena populasi AMX-13 cukup banyak, bahkan merupakan tipe tank terbanyak yang dimiliki TNI AD. Menurut beberapa sumber, TNI AD memiliki 275 unit AMX-13 versi kanon.

Ada banyak ragam varian AMX-13, sebut saja mulai dari versi kanon dengan beragam kaliber, versi angkut personel, versi artileri, versi tank jembatan, dan versi anti serangan udara. TNI AD diketahui memiliki tiga tipe, yakni versi kanon, versi angkut personel, dan versi artileri 105 mm. Versi kanon bisa disebut sebagai ikon kavaleri TNI AD selama lebih dari tiga dasawarsa. Beberapa tank tipe ini ada yang sudah menjadi monumen di beberapa museum, namun untuk yang masih aktif operasional telah dilakukan program retrofit, seperti mengganti mesin dari tipe bensin ke diesel dan penggantian sistem suspensi agar lebih nyaman digunakan. Dengan upgrade ke mesin diesel, konsumsi bahan bakar bisa ditekan dan jarak tempuh bisa ditingkatkan.

AMX-13 VCI : Tank Angkut Personel TNI AD

AMX-13 VCI dalam sebuah defile di Kodam Jaya
Foto : istimewa
AMX-13 VCI dalam sebuah defile di Kodam Jaya Foto : istimewa

Walau berwujud alutsista tua, namun negeri ini punya tank APC (Armored Personel Carrier) dalam jumlah besar, yakni 200 unit. APC yang dimaksud adalah tank angkut personel AMX-13 VCI (VĂ©hicule de Combat d’Infanterie). Dari segi usia, AMX-13 VCI sudah cukup renta, dibeli Indonesia pada tahun 1960-an bersama AMX-13 versi kanon untuk kampanye operasi Trikora.

Meski tua, namun TNI AD masih mengoperasikan tank ini secara penuh pada unit batalion kavaleri serbu, baik Kostrad maupun Kodam. Untuk menunjang operasional, tank ini sudah mengalami retrofit pada mesin, sistem suspensi, dan pendingin. Secara terbatas, TNI AD mulai mengganti peran tank ini pada jenis Stormer buatan Alvis. AMX-13 VCI punya banyak varian, mulai dari ambulans, pembawa rudal anti serangan udara hingga pembawa radar bergerak.

TNI AD memiliki 200 unit versi AMX-13 VCI M, dengan senjata andalan senapan mesin berat kaliber 12,7 mm. Untuk menunjang mobilitas jarak jauh, tank ini biasanya diangkut menggunakan truk Bedford buatan Inggris. Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan yakni Prancis, Argentina, Belanda, dan Israel.

Alvis Stormer : Tank APC Modern TNI AD

Stormer versi Commando - TNI AD
Foto : kaskus.us
Stormer versi Commando - TNI AD Foto : kaskus.us

Indonesia bisa dikatakan merupakan pelanggan setia produk militer produksi Alvis. Sejak dekade tahun 1960-an, beragam alat tempur kavaleri TNI AD didatangkan, salah satunya berasal dari Inggris. Alvis menjadi pemasok yang cukup strategis, produsen alat tempur asal Inggris ini telah memasok beragam tipe panser, seperti Ferret, Saracen, dan Saladin. Walau telah berusia lebih dari 50 tahun, ketiga panser tadi masih beroperasi setelah melalui program upgrade.

Memasuki era 1990-an, TNI AD kembali mendatangkan alat tempur produksi Alvis. Yakni tank ringan Scorpion dan tank APC (Armored Personel Carrier) Stormer, kedua tank ini didatangkan pada medio tahun 1997 hingga 1999. Scorpion dan Stormer ini memang disiapkan sebagai arsenal kavaleri utama karena andalan TNI AD sebelumnya, yakni tank AMX-13 kanon 75 mm dan AMX-13 VCI/APC, sudah dianggap terlalu tua untuk dijadikan andalan, meski varian AMX-13 sudah di-upgrade total oleh TNI AD dan hingga kini masih memperkuat beberapa batalion kavaleri.

Menurut informasi dari lembaga riset ADF, Indonesia setidaknya memiliki 40 unit Stormer dari beragam versi. TNI AD diketahui memiliki versi tank jembatan (bridge layer), recovery vehicle, ambulans, kendaraan logistik, dan versi komando. Selain itu, masih ada beberapa versi yang tidak dimiliki oleh TNI AD, seperti versi penyapu ranjau (mine layers), pertahanan udara dengan rudal atau kanon 30 mm, dan versi pelontar mortir 81/120 mm. Pada versi komando yang dimiliki TNI AD, Stormer sebatas dilengkapi senjata berupa kanon 12,7 mm dan 7,62 mm.
Stormer mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya mampu mendukung proteksi personel pada kondisi perang NBK (nuklir, biologi, dan kimia) lewat penambahan perangkat khusus. Stormer dilengkapi pula dengan passive night-vision equipment. Walaupun sejatinya Stormer bukan tank amfibi, tank ringan ini dilengkapi dengan amphibious kit untuk melaju di air secara terbatas.

Penampilan Stormer versi Commando dalam sebuah defile di Surabaya
Foto : istimewa
Penampilan Stormer versi Commando dalam sebuah defile di Surabaya Foto : istimewa

Stormer adalah tank angkut personel yang sangat ideal untuk kondisi geografis di Indonesia. Hal ini terlihat dari bobotnya yang hanya 12,7 ton. Mobilitas Stormer pun terbilang tinggi, tank dengan 2 kru dan kapasitas angkut pasukan 12 personil ini dapat diangkut dengan mudah oleh pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Sebuah Hercules dapat memuat 1 unit Stormer.

Di lingkungan TNI AD, Stormer disiapkan dalam satu paket gelaran dengan tank Scorpion. Penempatan kedua tank ini di bawah satuan kavaleri Kostrad, yakni pada Yon Kav 8 di Divisi Infranteri 2 Kostrad (Jawa Timur) dan Yon Kav 9 di Divisi Infanteri 1 Kostrad (Jawa Barat). Selain Indonesia, negara jiran Malaysia diketahui juga menggunakan Stormer dengan jumlah 45 unit, Oman 4 unit, dan tentunya AD Inggris dengan 151 unit.


Scorpion 90 : Little MBT-nya Indonesia

Scorpion 90 miliki TNI AD
Foto : istimewa
Scorpion 90 miliki TNI AD Foto : istimewa

Konon karena alasan kondisi geografis dan berbagai hal lainnya, tank jenis MBT (main battle tank) alias tank tempur utama dengan bobot tonase lebih dari 20 ton tidak cocok digunakan untuk kontur tanah Indonesia. Hal ini membuat militer Indonesia tidak pernah memiliki alat tempur utama ini. Padahal, Malaysia yang punya kondisi geografis mirip dengan Indonesia memiliki MBT dari jenis PT-91 buatan Polandia. Jumlahnya memang hanya puluhan unit saja, tapi tetap intinya mereka punya MBT dengan kaliber kanon 125 mm.

Jika demikian, apakah ini tidak mengurangi kehandalan kavaleri Indonesia? Dengan segala keterbatasan, Angkatan Darat Indonesia juga punya MBT-nya sendiri, tentu dalam artian tank tempur utama. Dalam hal ini, tank uzur AMX-13 yang berkanon 75 mm bisa dikategorikan sebagai tank utama Indonesia. Tank buatan Prancis yang didatangkan pada era 1960-an ini memiliki populasi paling banyak di lingkungan TNI AD, sekitar 275 unit, meski sebagian sudah nongkrong sebagai pajangan di beberapa markas kesatuan TNI AD.

AMX-13 bolehlah terus beroperasi dengan program upgrade, tapi TNI AD jelas butuh sosok “MBT” baru. Dan itu pun sudah dikabulkan oleh pemerintah Orde Baru, yang pada tahun 1995–1999 mendatangkan tank Scorpion 90 buatan Avlis. Identitas 90 ini merupakan tanda dari pengadopsian kanon Cockerill MK3 M-A1 kaliber 90 mm. Menurut data riset dari ADF tahun 2008, Indonesia memiliki sekitar 90 unit tank Scorpion.

Scorpion adalah tank ringan dengan bobot sekitar 8 ton. Jadi menurut analis, inilah tank yang cocok untuk kondisi geografis Indonesia. Bobotnya yang ringan, memudahkan mobilitas tank ini, rantainya pun tak merusak aspal jalan. Riwayat desain tank ini cukup panjang. Mulai dirancang pada tahun 1967 dan mulai beroperasi untuk Angkatan Darat Inggris di tahun 1973. Dengan rancang bangun dan bobot yang ringan, dua unit Scorpion versi intai (Combat Vehicle Reconnaissance) dapat dimasukkan ke dalam sebuah pesawat angkut tipe C-130 Hercules.

Tampilan belakang Scorpion, tank ini dapat dibekali peralatan untuk berenang secara terbatas
Foto : istimewa
Tampilan belakang Scorpion, tank ini dapat dibekali peralatan untuk berenang secara terbatas Foto : istimewa

Persenjataan paling berat memang kanon kaliber 90 mm, tapi Scorpion juga ditawarkan dalam versi kanon 76 mm dan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Versi kanon 76 mm pernah dilibatkan oleh Inggris dalam perang Malvinas dan Perang Teluk Pertama. Masing-masing versi pada kubahnya dibekali senapan mesin coaxial berkaliber 7,62 mm.

Khusus untuk versi 90 mm yang dimiliki TNI AD, tank ini dapat membawa 40 amunisi dari tipe HE, HEAT, HESH, dan Smoke (dengan phosphorus). Scorpion dan Stormer sempat diterjunkan dalam operasi penumpasan GAM di NAD, tapi kemudian urung dilakukan karena ancaman embargo suku cadang oleh pemerintah Inggris. Populasi Scorpion dalam beberapa tipe saat ini mencapai 3000 unit di seluruh dunia dan tergolong sebagai tank modern yang laris.

Saat ini, Scorpion di Tanah Air memperkuat satuan Kavaleri Kostrad dalam Yon Kav 8 Divisi Infanteri 2 Kostrad di Pasuruan, Jawa Timur. Dan Yon Kav 1 Divisi Infanteri 1 Kostrad yang berada di Cijantung, Jakarta.



Cover Buku "Monster Tempur Kavaleri Indonesia" 
Cover Buku "Monster Tempur Kavaleri Indonesia" 

Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers