Pin It

11 June 2020

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 23:40

Mengapa Teori Konspirasi Mudah Berkembang?

Jika kamu sering browsing internet, pasti akan menemukan banyak teori konspirasi. Teori konspirasi bukanlah fenomena baru. Sejak dulu, teori ini silih-berganti mengisi ruang-ruang perdebatan mengenai isu yang populer di masyarakat. Contoh teori konspirasi paling ramai adalah bumi datar dan COVID-19 adalah senjata biologis yang dibuat dengan sengaja. Konspirasi tidak hanya memaksakan struktur pada lingkungan, tetapi ini juga mengeksploitasi bias kognitif manusia. Teori konspirasi memanfaatkan kerentanan kita terhadap bias konfirmasi. 

Mengapa Teori Konspirasi Mudah Berkembang?
Teori Konspirasi

Pertanyaannya adalah kenapa orang membuat teori konspirasi dan kenapa banyak percaya? Merangkum penelitian dalam jurnal Current Directions in Psychological Science, ada beberapa alasan mengapa sekelompok orang mempercayai teori konspirasi sebagai berikut: 

1. Keinginan untuk memahami dan mengetahui secara pasti

Manusia sudah pasti secara alamiah ingin memahami penjelasan dari suatu hal atau peristiwa. Misal dari mana asal virus corona, seperti apa bentuk bumi yang sesungguhnya, dan masih banyak lagi. Namun, sayangnya orang cenderung mencari jawaban yang cepat, bukan jawaban dari penelitian ilmiah yang sulit dicerna dan bisa berubah bila ada penelitian baru. Padahal jawaban cepat itu belum tentu benar, tapi memberikan rasa nyaman. 

Dari rasa ingin tahu tersebut kemudian mencari informasi dari internet, buku, atau siaran yang mendukung teori tersebut. Lama-lama, teori ini pun membekas dalam pikiran. Meskipun tidak benar, setidaknya kini mengetahui sesuatu yang lebih pasti. Padahal, sesuatu yang pasti tersebut mungkin saja membuat seseorang semakin keliru. Jika tidak dibarengi dengan informasi dari sumber yang terpercaya, orang mungkin tidak akan sadar bahwa mereka percaya pada teori konspirasi. 

2. Keinginan untuk memegang kendali dan merasa aman

Sudah menjadi kodrat, selain senang bertanya manusia juga senang memegang kendali atas hidupnya karena membuat merasa aman, stabil, dan tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Nah pada kasus ini, kendali yang dicari berbentuk informasi. Teori konspirasi membuat orang-orang yang mempercayainya merasa aman dan punya kendali. Fenomena ini biasanya lebih kentara ketika teori konspirasi tersebut berkaitan dengan hal-hal yang mengancam diri. 

Sebagai contoh, jika pemanasan global disebabkan oleh kegiatan manusia, artinya kita harus mengubah gaya hidup untuk mencegahnya semakin parah. Bagi beberapa orang, perubahan ini mungkin terasa sulit, tidak nyaman, dan merepotkan.

Bagi sebagian orang tak perlu mengubah gaya hidup karena percaya pemanasan global adalah hoaks yang dikarang para elit politik penguasa dunia. Keyakinan ini memberikan rasa aman dan kendali atas hidup. Akhirnya, banyak orang memilih percaya pada hoaks atau teori konspirasi. 

3. Keinginan untuk terlihat positif 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa terpinggirkan atau tidak dianggap cenderung percaya pada teori konspirasi. Ini disebabkan karena mereka ingin memiliki peran dalam masyarakat dan ingin terlihat positif bagi orang lain. Citra positif seseorang biasanya berasal dari perannya, entah dalam bentuk pekerjaan, hubungan sosial, dan lain-lain. Ketika seseorang tahu bahwa dirinya bisa memberikan sesuatu (termasuk informasi) kepada orang lain, maka orang tersebut merasa lebih bahagia dan berguna. 

Sebaliknya, orang tersebut tidak merasakan berguna bila opininya tidak pernah didengar atau dianggap tidak tahu apa-apa. Ketika seseorang menemukan teori konspirasi dan menyebarkannya, orang tersebut merasa memiliki pengetahuan baru.

Orang lain akhirnya akan menggali lebih dalam tentang teori konspirasi yang dia temukan, contohnya teori bahwa bumi itu datar. Namun, dia tidak mengimbanginya dengan fakta-fakta dari sumber ilmiah karena dia sudah terlanjur percaya pada teori konspirasi tersebut. 

Nah, sudah jelas kan pada dasarnya orang-orang meyakini teori konspirasi karena mereka ingin memahami dunia, merasa aman dan punya kendali, serta memiliki citra diri yang baik. Mereka ingin mencari kebenaran, seperti halnya ilmuwan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Bedanya, penganut teori konspirasi hanya melihat suatu hal atau kejadian dari sisi yang ia yakini. Padahal, ilmu pengetahuan terus berkembang. Guna mencari kebenaran yang sesungguhnya, manusia tentu harus terus belajar hal baru dari waktu ke waktu.

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Teori Konspirasi?

Bersabarlah dengan ketidakpastian. Cari informasi tambahan dan bukti yang diperlukan untuk sampai pada kesimpulan yang lebih terukur dan berdasarkan data.

Seperti yang dikatakan oleh Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes, "Adalah kesalahan besar untuk berteori sebelum seseorang memiliki data. Secara tidak masuk akal orang mulai memutarbalikkan fakta agar sesuai dengan teori, alih-alih teori yang sesuai dengan fakta". 
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers