Pin It

26 March 2017

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 00:09

Percayalah Cinta Itu Buta, Mematikan Otak Dan Ada Dasar Ilmiahnya

Di dunia percintaan, sering orang bilang kalau cinta itu buta. Orang yang sedang jatuh cinta punya pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Itu juga sebabnya mungkin kita sering nggak habis pikir dengan sikap orang yang sedang jatuh cinta. Terkadang orang itu seolah-olah buta karena tidak bisa melihat kalau pasangannya itu sebenarnya nggak cukup layak dipertahankan.

Selama ini banyak yang percaya bahwa cinta adalah urusan hati. Tapi sebagian orang menyebutkan bahwa cinta itu semata reaksi kimia yang terjadi di otak manusia. Hmm, itu artinya, proses cinta-mencintai juga bisa dijelaskan seperti proses pernapasan dan peredaran darah. Nah kalau kamu penasaran kenapa ada orang yang bisa cinta gila sampai cinta mati, ternyata ada lho penjelasan ilmiahnya. Nah ini ulasan buat yang suka gagal paham kenapa cinta itu seringkali buta. Saat jatuh cinta, otak kita memproduksi berbagai macam hormon kebahagiaan. Itulah jawaban kenapa hati terasa berbunga-bunga saat jatuh cinta.
Semua-semua terlihat indah dan bahagia.


Dalam sebuah penelitian di University College London, terbukti bahwa ada reaksi yang terjadi di sel-sel syaraf di otak kita saat jatuh cinta. Reaksi tersebut berupa lebih aktifnya bagian otak yang disebut ‘reward system’, yang berperan dalam menciptakan efek euforia.

Kita pasti sudah tahu bahwa jatuh cinta bikin bahagia? Soalnya ketika seseorang jatuh cinta, otak terbukti memproduksi lebih banyak oksitosin, dopamin, serotonin, testoteron, dan hormon-hormon bahagia lainnya. Karena itulah kalau lagi jatuh cinta, melihat dia di kejauhan saja sudah bikin kamu tersenyum bahagia. Anehnya kalau ditanya kenapa, kamu susah menjawabnya. Ya ternyata karena kadar serotonimu meluber ke mana-mana.

Saat jatuh cinta, neuron otak kita juga terkoneksi dengan si dia. Karena itulah yang membuat kamu seolah mengenal dia melebihi yang lainnya
Seolah-olah sudah kenal seumur hidup. Saat jatuh cinta, seolah-olah kita begitu mengenal pasangan. Padahal baru kenal beberapa bulan, kamu bisa merasa sudah memahami dia luar dalam. Neuron di otaklah yang bertanggung jawab atas itu semua, karena membuat kita terkoneksi dengan pasangan. Itu juga yang membuat kamu selalu mengelak “Ah, dia nggak gitu kok orangnya”, saat seseorang menceritakan fakta negatif tentang pasanganmu. Karena koneksi tak kasat mata itu, kamu jadi merasa lebih mengenal dan memahami dia dibanding yang lainnya.

Di sisi lain, bagian otak yang berperan atas kewaspadaan justru tertidur pulas. Itulah kenapa kita bisa jatuh cinta sampai tergila-gila
Meskipun sikapnya nyebelin, tetap saja cinta. Sementara hormon bahagia meluber ke mana-mana, jatuh cinta ternyata malah seringkali mematikan salah satu bagian otak. Bagian ini yang berperan dalam membuat penilaian, serta segala hal yang sifatnya negatif seperti diskriminasi, curiga, dan kewaspadaan. Artinya otak manusia bekerja menjaga mood baik, sehingga hal-hal negatif tidak mampu menggoyahkan suasana. Itulah kenapa orang bisa sampai tergila-gila. Apa pun yang terjadi, pokoknya tetap cinta. Karena reaksi kimia yang sifatnya ‘magic-making’ ini jugalah kenapa orang bilang, menasihati orang jatuh cinta bagai menggarami lautan. Percuma.

Nah kombinasi antara serotonin dan dopamin yang berlebihan ditambah sisi kewaspadaan yang tidur panjang, jadilah konsep yang kita kenal sekarang. Cinta itu buta, karena bisanya melihat yang ‘indah-indah’ saja. Fakta menarik lainnya adalah, konsep ‘buta’ ini tak hanya untuk cinta yang sifatnya eros alias antara pasangan, melainkan juga tentang cinta ibu kepada anaknya yang sepanjang masa.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers