Pin It

03 November 2019

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 01:17

Mengapa Pulau Lombok Sering Gempa?

Pulau Lombok memang selalu menarik untuk kita bahas, selain alamnya yang indah juga dengan aktifitas seismiknya di pulau Lombok. Nah, sejak diguncang gempa besar pada Juli-Agustus 2018 lalu, beberapa gempa skala kecil sering mengguncang Lombok. Bahkan gempa dengan kekuatan magnitudo 5,6 dengan kedalaman 656 kilometer yang mengguncang wilayah Barat Laut Tuban, Jawa Timur, pada hari Kamis (19/9/2019), sekitar pukul 14.06 WIB pun dirasakan kuat di Lombok. 

Mengapa Pulau Lombok Sering Gempa?

Secara tektonik, Lombok merupakan kawasan seismik aktif. Lombok berpotensi diguncang gempa karena terletak di antara 2 pembangkit gempa dari selatan dan utara. Dari selatan terdapat zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Pulau Lombok, sedangkan dari utara terdapat struktur geologi Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrusting).

Hal ini pun pernah diungkapkan oleh USGS. Seorang ahli geofisika dari Survei geologi Amerika Serikat (USGS), Paul Caruso memberikan penjelasan mengapa gempa Lombok bisa bermagnitudo besar. 

"Di daerah ini (Lombok) ada zona subduksi, di mana salah satu lempeng berada di bawah lempeng lain dan terjadi tabrakan," kata Paul kepada Live Science.

"Lempeng Australia bergerak ke bawah lempeng Sunda dan lempeng Australia bergerak ke utara saat ada di bawah lempeng Sunda," katanya. 

Bagaimana dengan Flores Arch Thrust? Sesar ini merupakan generator gempa utama di Lombok, hal ini dibuktikan dengan kejadian gempa bumi tahun 2018. Saat itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan gempa berkekuatan 7 skala richter di Lombok, NTB merupakan jenis gempa dangkal yang bersumber dari aktivitas sesar naik Flores (Flores Arch Thrust) di kedalaman 15 km pada 18 km barat laut Lombok. Sesar tersebut memanjang dari wilayah Selat Bali di utara Lombok hingga ke Sumbawa, Nusa Tenggara Timur. Sesar Naik Flores pernah ditemukan dan dipetakan Ekspedisi Marine Geology Rama oleh University California Santa Cruz bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di tahun 1981.  

Kemudian dalam A Dictionary of Geography yang disusun oleh Susan Wayhem, patahan atau sesar (fault) didefinisikan sebagai permukaan yang retak di lapisan kulit bumi sehingga satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok lain.

Daryono BMKG memaparkan, Patahan Naik Flores atau Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust) ini adalah struktur geologi yang terbentuk akibat penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia. 

“Penunjaman lempeng oleh Lempeng Indo-Australia itu sudah berlangsung sejak lama, sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Busur Bali dan Nusa Tenggara (yang berada di Lempeng Eurasia). Nah terbentuklah respons tektonik yang ada di Lempeng Eurasia,” jelas Daryono. 

Daryono juga menerangkan bahwa Patahan Naik Flores ini merupakan patahan yang aktif bergerak sejak dulu. Sejarah telah mencatat, sejak tahun 1800-an aktivitas pergerakan patahan ini pernah menimbulkan sejumlah gempa dahsyat yang mengguncang Pulau Bali, Lombok, Sumbawa, hingga Flores. Terkuncinya zona megathrust selatan Lombok mengakibatkan pelepasan stressing terjadi di Zona Flores Thrust, dan beberapa sesar lokal dangkal di pulau lombok.

Gempa yang terjadi di sepanjang zona lempeng Indo-Australia pada kedalaman menengah dan dalam (lebih dari ≥100km), biasanya juga dirasakan cukup kuat di pulau Lombok. Namun tentu saja terbatas pada jarak episentrum gempa dengan pulau Lombok.

Kerak Sunda dimana pulau Lombok ini berada adalah zona yang relatif tipis. Zona tipis ini dibatasi hingga batas Flores Thrust Zone di sisi utara Lombok. Padahal proses stabilisasi deformasi batuan sesar-sesar dangkal di pulau Lombok belum selesai. Sebagian Lombok kan tersusun oleh batuan sedimen dan batuan metamorf berumur Pra-Tersier hingga Tersier (batuan gunung api berumur Tersier hingga Kuarter, dan aluvium berumur Resen).

Mengapa Pulau Lombok Sering Gempa?

Pada daerah yang tersusun oleh batuan yang telah tersesarkan dan terlapukkan serta daerah aluvium, sangat rentan terhadap guncangan gempa bumi karena bersifat urai, lepas, dan belum terkonsolidasi, sehingga akan memperkuat efek getaran gempa. Nah, dari beberapa uraian diatas, merupakan jawaban mengapa pulau Lombok mudah merasakan getaran.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers