Pin It

18 September 2023

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 10:09

Tiktok, UMKM dan Artis Live Shopping Jualan Sembako

Lagi ramai nih, artis live Tiktok jualan sembako dengan harga murah. Akhirnya para pedagang sembako nangis karena gak laku. Sudah pasti kalau artis jualan sembako di Tiktok jelas lebih laris ketimbang masyarakat kecil yang jualan. Mereka kan punya basis penggemar, udah gitu harga lebih murah. Imbasnya, kelakuan para artis yang jualan sembako melalui live Tiktok ini merusak pasar dan berdampak terhadap keberlangsungan hidup pedagang kecil.


Sebenarnya sih live tiktok memberi kesempatan bagi UMKM dan pedagang kecil di pelosok negeri bisa jualan. Ribuan pedagang kecil juga terbantu dengan kehadiran aplikasi yang memudahkan mereka jualan online. Tiktok kan punya algoritma produk apa yang laris, yang diminati. Namun kalau gajah ikut main ya UMKM dan pedagang kecil mati.


Artis live Tiktok jual produk-produk kecil, didukung Tiktok bakar duit untuk diskon gila-gilaan dan akhirnya harga jadi jauh di bawah harga pasar. Apalagi saya dengar produk-produk China yang laris di live Tiktok bermunculan dan potensial menghajar UMKM dan produk dalam negeri kita. Sebenarnya ini bukan masalah besar dan mudah diatasi. 


Yang sulit itu ketika produsen terjun langsung nge-live Tiktok, maka terjadilah disrupsi. Memotong jalur para distributor. Padahal bisa kita lihat di tiktok beberapa produsen besar sudah asik neg-live sendiri, nah ini yang harus serius dicegah. Kalau produsen sudah jualan langsung maka distributor dan pedagang kecil jadi korban. 


Bicara Tiktok juga harus bicara "ideologi", ideologi Tiktok seperti apa sih? Ideologi ini penting untuk kita bahas karena ada yang beranggapan Tiktok ini komunis. Awas jangan tarik Tiktok ke komunisme lho ya, pola perilaku Tiktok jauh dari komunisme. Tiktok malah seperti versi paling ignorant dari kapitalisme, model paling sadis dari free fight liberalism. China bungkusnya saja komunis, dalamnya ya kapitalis juga. Amerika yang konon besar itu aja ketar-ketir sampai melarang Tiktok untuk melindungi rakyatnya. 


Mengapa Produk China Menguasai Pasar?  


Sekarang kita bahas mengenai produk China yang menguasai pasar, termasuk pasar online kita. Nah, sebelum teknologi digital ramai seperti saat ini, China sudah berproduksi. China memproduksi barang apa saja. Ketika teknologi digital semakin masif digunakan untuk berjualan, para penjualnya menjual produk China. Karena apa? Karena produk yang melimpah di pasar dan siap dijual ya cuma itu, buatan China dan harganya murah pula. 


Pedagang kita jual produk China karena kita tidak punya produk yang kompetitif. Jadi yang namanya digital marketing, kalau tidak ditopang produksi sendiri, akhirnya juga akan jual produk asing. Nah di sini pemerintah seharusnya menggenjot produk lokal dengan memprioritaskan produksi terlebih dahulu, membangun sentimen cinta produk-produk dalam negeri, baru bicara soal digital marketing. 


Disrupsi Pasar Online 


Disrupsi nilai dan fungsi marketplace mau tidak mau menjadi sebuah keniscayaan di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Dan inilah disrupsi. Kita ingat kan beberapa waktu yang lalu yang kena adalah ojek dan taksi. Tahun ini yang kena adalah pedagang kecil. UMKM dan pedagang kecil ini kalah bersaing soal harga.


Memang, sesuai prediksi, dalam era komunikasi internet yang serba cepat dan informasi terbuka lebar, maka yang akan terkena dampaknya secara langsung adalah distributor. Saat ini masyarakat bisa mengakses informasi jauh lebih mudah dan murah. Kalau dulu, orang harus datang ke toko untuk melihat dan menanyakan harga. Sekarang dalam hitungan detik, bisa mengetahui dimana harga termurah untuk barang yang diinginkannya. Hanya dengan menyentuh layar HP. Barang sudah sampai rumah. 


Hanya saja, seperti ketika ojek dan taksi disikat habis oleh layanan online, pemerintah pada awalnya juga tergagap-gagap dengan perubahan yang sangat cepat ini. Sekarang pedagang kecil dibabat oleh pemain besar, peraturan dan ketentuan untuk melindungi rakyatnya, baru akan dibicarakan, ketika kondisi para pedagang telah menjerit dalam kesepian. 


Regulasi Pasar Online 


Regulasi kompetisi sebenarnya ada kaidah dasarnya bahwa regulator harus melarang "predatory pricing" (penetapan harga yang mematikan persaingan). Indikator predatory pricing itu antara lain harga yang jauh di bawah biaya operasional. Jadi bakar-bakaran uang untuk promosi gila-gilaan itu sebenarnya jelas-jelas melanggar ketentuan anti persaingan. Tinggal regulatornya berani tegas atau tidak


Perubahan itu pasti terjadi dan semoga pemerintah sebagai regulator bisa mengatur banjir produk impor murah yang beredar di aplikasi medsos maupun marketplace dan melindungi UMKM kita. 


Apakah kita harus meniru Amerika dengan melarang Tiktok? Saya berharap Tiktok tidak dilarang. Ribuan pedagang kecil juga terbantu dengan kehadirannya yang memudahkan mereka jualan online. Semoga kita segera punya regulasi yang jelas dan memihak pedagamg kecil. 

Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers