Pin It

23 March 2018

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 12:50

Selamatkan Cendrawasih, Burung Dari Surga Ikon Papua Ini Di Ambang Kepunahan

Tiga hari lalu saya dapat undangan melalui email untuk ikut tanda tangan petisi menyelamatkan burung Cendrawasih dari kepunahan. Tentu saja saya langsung gabung petisi tersebut melalui situs change.org, dan setelah itu baru saya nulis artikel tentang ancaman kepunahan cendrawasih di blog ini. Seluruh dunia mengakui, burung cendrawasih adalah salah satu burung terindah di dunia. Bahkan dalam bahasa Inggris ia disebut “Birds of Paradise” atau “Burung dari Surga”. Sayangnya, ikon Papua ini di ambang kepunahan.

Selamatkan Cendrawasih, Burung Dari Surga Ikon Papua Ini Di Ambang Kepunahan

Burung cenderawasih yang menjadi ikon Papua di ambang kritis. Perubahan ekologi dan orientasi ekonomi membawa ancaman primer dan sekunder bagi hewan endemik Papua ini. Ancaman primer berupa kerusakan habitat. Adapun ancaman sekunder berupa perburuan dan perdagangan secara besar-besaran dan terselubung.

Padahal, burung Cenderawasih merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi Undang-undang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar. Pemerintah juga telah dua kali mengabadikan burung Cendrawasih dalam dua mata uang berbeda. Tahun 1971, burung Cendrawasih di cetak di uang logam pecahan Rp 50.

Selamatkan Cendrawasih, Burung Dari Surga Ikon Papua Ini Di Ambang Kepunahan

Kemudian tahun 1992, burung Cendrawasih kembali dicetak di uang kertas nominal Rp. 20.000.

Selamatkan Cendrawasih, Burung Dari Surga Ikon Papua Ini Di Ambang Kepunahan

Bahkan, salah satu jenis Cenderawasih Kuning Kecil (Paradiseae minor) telah ditetapkan ke dalam 25 Satwa Terancam Punah Prioritas oleh pemerintah. Sayangnya, masih banyak orang yang mengawetkan burung ini dan menjadikannya cenderamata, atau topi saat acara-acara tertentu untuk digunakan sebagai aksesoris/atribut dalam kegiatan, atau sebagai cinderamata padahal jelas-jelas dilarang dalam Surat Edaran Gubernur tahun lalu.

Data WWF Papua menyebutkan, pada tahun 1900-1930-an penjualan cenderawasih mencapai 10.000-30.000 ekor per tahun. Tahun 1912, misalnya, penjualan mencapai 30.000 ekor dalam satu kali pengiriman kapal ke Jerman dan Inggris untuk kebutuhan fashion.

Perdagangan cenderawasih masih terus berlangsung hingga kini. Hanya saja dilakukan secara tertutup dan sulit terpublikasi. Pemburu, penadah, dan penjual cenderawasih di Papua bervariasi, mulai dari individu yang menjual di jalan-jalan ke arah pedesaan, kecamatan terpencil, bahkan di pasar-pasar tradisional.

Andai saja UU No 5/1990 tentang konservasi alam dan ekosistem bisa ditegakkan niscaya nasib cenderawasih tak seburam ini. UU ini memberi ancaman kurungan penjara 20 tahun dan denda Rp 200 juta bagi yang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memelihara, memiliki, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati.

Keunikan Cara Kawin Burung Cendrawasih

Cara kawinnya pun tergolong unik. Sang jantan harus melakukan percobaan percumbuan yang lama. Diawali dengan menari berputar-putar mengitari sang betina, lalu meloncat-loncat, diikuti sedikit bernyanyi. Semua ”ritual” perkawinan yang tak ditemukan pada satwa lain itu memakan waktu setengah jam. Itu sebabnya cenderawasih disebut burung dewata. Ada juga menyebutnya burung dari surga.

Perkembangbiakan burung ini memang tak banyak dan tidak mudah. Cenderawasih mudah stres. Dalam sebuah sarang hanya ditemukan 1-2 butir telur. Burung ini jarang bertelur sampai lebih dari tiga butir. Karena itu, mari kita bersama selamatkan burung Cendrawasih dari kepunahan.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers