Pin It

16 October 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 10:27

Lingkaran Setan Jalan Rusak dan Muatan Truck Overload

Tulisan kali ini saya akan mengupas Lingkaran Setan Jalan Rusak Dan Muatan Truck Overload. Banyak yang menuding penyebab utama jalan rusak akibat truck bermuatan overload. Apalagi jumlah truck saya pastikan akan terus tumbuh, bisnis angkutan dan logistic tumbuh dengan pesat. Bahkan BUMN seperti Damri dan PT. Pos pun sudah mulai bermain di area ini. Memang pemerintah melalui Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian sudah mulai serius memikirkan sektor Logistic ini. Untuk itu seharus diimbangi dengan infrastruktur yang baik pula.


Sayang, yang saya tangkap dari berbagai perbincangan mereka menafsirkan bahwa tonase kelas jalan itu merupakan tonase maksimal yang dibolehkan dan bukan dengan konsep MST. Menurut saya kalau ditafsirkan beban max adalah sesuai kelas, ya itu salah. Yang benar memang beban MST. Untuk diketahui rata-rata jalan utama itu kelas I dengan MST 10 Ton. Masalahnya ada perbedaan payload walaupun Trucknya sama-sama berjenis Tronton misalnya (konfigurasi sumbu 1 - 2.2 dengan 3 sumbu). Tronton yang beredar di indonesia mulai dari panjang yang konvensional 7,2 Meter, 9,5 Meter sampai dengan panjang 13 Meter. Jadi untuk truck tronton 3 sumbu, sebenarnya bisa dipakai di jalan kelas 8 ton, jika mau menambah satu sumbu lagi jadi empat sumbu bisa nambah muatan dengan kelas jalan yang sama. Menurut rekan saya, di negara lain begitu peraturannya. Tambah muatan ya tambah sumbu atau kena tilang. Jadi seandainya ada truck yang bawa 100 ton sekalipun, kalau MST nya masih 10 ton, ya masih boleh lewat entah ngangkutnya pakai apa, barangkali trailer 22 roda hehehe... Hanya saja, praktek kelebihan muatan itu memang faktanya sering berlebihan.

Antara jalan rusak dan muatan truck overload memang mirip lingkaran setan. Pemilik truck rugi, negara rugi, masyarakat apalagi, stress karena jalanan rusak, macet dan rawan celaka. Sebagian masyarakat juga merasa uang pajaknya mengalir sia-sia lantaran tiap tahun habis dibuat menambal jalanan yang hancur dan ironisnya seperti proyek perbaikan abadi. Nah, yang di untungkan dari lingkaran setan ya bagian perbaikan jalan. Mereka untung karena proyek jalan terus sepanjang tahun. Begitu juga bengkel dan penjual sparepart, dagangan dan jasa mereka laris hehehe... 

Masalah overload tidak semestinya kesalahan itu dibebankan hanya kepada pemilik truck. Apa yang mereka lakukan juga untuk menyiasati harga angkut yang mereka dapat dari customer mereka yang pas-pasan dan tingginya biaya lain-lain yang timbul seperti perijinan, asuransi, pungli dll. Muatan overload sebenarnya juga sangat ingin dihindari pemilik Truck. Perusahaan angkutan juga rugi dengan muatan yang overload karena memperpendek usia sparepart, ban dan juga usia produktif truck itu sendiri.

Dari pengalaman saya, tidak ada standard baku biaya logistic yang dijadikan acuan bagi perusahaan. Biasanya yang jadi patokan adalah biaya logistic sekian persen dari omzet penjualan. Nah mereka melihatnya tidak seperti itu, tapi cari transporter yang termurah. Apalagi jika perusahaan itu mempunyai volume muatan yang sangat besar dan pergerakan barangnya cepat bisa dipastikan harga angkutnya pasti murah. Hal inilah yang membuat pemilik truck memutar otaknya mencari cara untuk menekan biaya agar bisa mendapatkan keuntungan.

Dari fakta diatas saya tidak sepenuhnya menyalahkan pemilik angkutan dan jasa ekspedisi. saya melihatnya justru mereka seharusnya ditolong melalui kebijakan pemerintah, bagaimana supaya pengangkutan barang bisa berjalan dengan baik tanpa merugikan pihak lain. Yang jadi perhatian kita selama ini kan kualitas jalan di negara kita yang makin hari makin memburuk karena bebannya yg begitu tinggi. Akhirnya yang terjadi adalah tambal sulam, bukan pembenahan secara menyeluruh.

Nah itulah beberapa masalah transportasi di Indonesia dan yang paling fatal dari buruknya kualitas jalan dan muatan truck barang yang berlebihan. Sampai sekarang belum ada alternatif lain untuk pengangkutan barang secara massal dalam arti bisa memuat banyak tanpa harus merugikan aspek lain seperti kualitas sarana dan prasarana.

Saran saya sih simpel, bikin jalur khusus angkutan barang, jadi antara angkutan penumpang dan angkutan barang berjalan terpisah sehingga tidak saling merugikan. Angkutan barang tidak harus mengulur waktu karena jalanan macet oleh angkutan penumpang, sebaliknya angkutan penumpang tidak perlu menanggung rugi dari dampak yg dihasilkan oleh angkutan barang. Selama ini kan, semuanya harus saling share dan sering krodit di jam tertentu.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers