Pin It

05 December 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 11:29

Keunikan Jajanan Lawas Sebelum Aku Lahir

Minggu (4/12/2016) lalu saya iseng jalan-jalan di Pasar Tempo Doeloe yang diselenggarakan koran Kedaulatan Rakyat dan Indonesian Food and Beverage Executive Association (IFBEC). Di salah satu stand milik ibu Sulastri (50) jelas tertulis 'Jajanan Lawas, Sebelum Aku Lahir'. Sebuah nama yang cukup unik menurutt saya. Aneka makanan lawasan memang ia jual. Ada botok ada pepes iwak asin, pepes teri, pepes jamur, sego bakar, ketan srundeng, sego liwet dan lain-lain.


Botok adalah makanan yang terbuat dari campuran kelapa parut dan manding (mlanding) yang diolah bersama dengan bumbu. Racikan bumbu terdiri dari kencur, bawang merah, bawang putih, teri, garam dan cabai rawit. Campuran tersebut lalu dibungkus dalam daun pisang dan dikukus selama 30 menit. Resep yang digunakan bu Tri berasal dari mendiang ibunya. Ia selalu terkenang bagaimana dulu turut membantu ibunya memasak. Bu Tri bercerita di halaman belakang rumahnya, bu Tri menanam sendiri manding yang menjadi bahan baku botok. Manding dipilih karena mudah dan murah dalam memperolehnya.

Bagi bu Tri, botok adalah sebuah kebanggaan. Ada perasaan senang kala ia bisa menyajikan makanan yang saat ini langka ditemui. ”Biasanya yang beli ibu-ibu dan bapak-bapak. Mereka kangen dengan botok ini,” kata bu Tri. Siang itu ia membuat 3 ember botok dengan niat dan tekad bahwa dagangannya akan laris terjual.

Botok yang ia jual punya kekuatan dalam campuran teri dan cabe rawitnya. Semua bahan ia pilih, takar, dan olah sendiri. “Bumbu semua di tangan saya, karyawan tidak ada yang berani megang itu,” kata bu Tri yang telah berjualan sejak 3 tahun lalu.

Awal Mula Muncul Ide Usaha 'Jajanan Lawas Sebelum Aku Lahir'

Tiga tahun lalu Sulastri adalah ibu rumah tangga biasa. Karena masakannya cukup digemari oleh orang-orang disekitarnya, ia bertekad untuk berjualan. Ibu Tri mengenang kala pertama ia dengan susah payah meniti usaha ini. “Dulu saya cari informasi kalau ada stand jualan untuk event Pasar Kangen Yogya di TBY, saya cari-cari kontaknya saya hubungi,” terang Tri. Akan tetapi ibu Tri harus menahan kecewa karena slot stand sudah terpenuhi.


“Saya bilang ke manejer acara itu, kalau ada yang mundur tolong saya dikabari,” kenang bu Tri. Benar saja menjelang acara, dia dihubungi dan bisa berjualan. Sejak itu nama Bu Tri terkenal sebagai penjual jajanan lawas dengan tagline Sebelum Aku Lahir.

“Dulu, mbok (ibu) saya bilang makanan ini sudah ada lama bahkan sebelum aku ini lahir,” ujar wanita asli Bambanglipuro, Bantul ini. Bothok menjadi menu andalan yang selalu ia siapkan. Di samping, ia juga menyajikan masakan lain seperti lemet dan aneka pepes.

Ibu Tri dan botoknya bergerak dari satu-pameran ke pameran lain, dari satu acara ke acara lain. Setiap pagi ia selalu membaca koran untuk memperoleh informasi acara apa yang cocok untuk menjajakan bothoknya.

Memiliki toko di kota masih menjadi impian Tri yang saat ini masih terpendam karena kurangnya modal. “Kalau di desa ini nggak laku, kalau di kota kan orang kangen masakan seperti ini,” ujar bu Tri menambahi. Ia kini tinggal di kontrakannya yang beralamat di Kertopaten, Wirokerten, Banguntapan, Bantul.
Satu kunci utama bagi bu Tri untuk mempertahankan usahanya adalah komitmennya untuk memasak dengan rasa yang seenak-enaknya. “Rasa jangan dikurangi, agar orang cari saya lagi, tanya saya lagi,” katanya.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers