Pin It

06 June 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 01:21

Jumlah Berat yang di Izinkan Truck dan Muatan Sumbu Terberat

Jumlah berat yang diizinkan disingkat JBI adalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui; Jumlah berat yang dizinkan semakin besar kalau jumlah sumbu kendaraan semakin banyak. Atau dapat diformulasikan: JBI=BK+G+L,
Di mana

BK adalah berat kosong kendaraan;
G adalah berat orang (yang diizinkan);
L adalah berat muatan (yang diizinkan).


JBI ditetapkan oleh Pemerintah dengan pertimbangan daya dukung kelas jalan terendah yang dilalui, kekuatan ban, kekuatan rancangan sumbu sebagai upaya peningkatan umur jalan dan kendaraan serta aspek keselamatan di jalan.

Sementara itu Jumlah Berat Bruto (JBB) ditetapkan oleh pabrikan sesuai dengan kekuatan rancangan sumbu, sehingga konsekuensi logisnya JBI tidak melebihi JBB.


Pada tabel diatas ditunjukkan JBI untuk jalan Kelas II dengan muatan sumbuterberat 10 ton dan untuk jalan dengan muatan sumbu terberat 8 ton unuk berbagai konfigurasi sumbu kendaraan.

Muatan Sumbu

Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda dari satu sumbu kendaraan terhadap jalan; Beban tersebut selanjutnya didistribusikan ke fondasi jalan, bila daya dukung jalan tidak mampu menahan muatan sumbu maka jalan akan rusak. Oleh karena itu ditetapkanlah Muatan Sumbu Terberat (MST) yang bisa melalui suatu kelas jalan tertentu.


Muatan Sumbu Terberat

Muatan sumbu terberat adalah jumlah tekanan maksimum roda terhadap jalan, penetapan muatan sumbu terberat ditujukan untuk mengoptimalkan antara biaya konstruksidengan effisiensi angkutan. Muatan sumbu terberat untuk masing-masing kelas jalan ditunjukkan dalam daftar berikut:
Kelas jalan MST
I Belum ditetapkan
II 10 ton
III 8 ton

MST 1 dibeberapa negara Eropa sudah ditetapkan 13 ton.

Muatan Sumbu Terberat ditentukan dengan pertimbangan kelas jalan terendah yang dilalui, kekuatan ban, kekuatan rancangan sumbu dan GVW atau jumlah yang diperbolehkan yang ditetapkan oleh pabrikan.

Penghitungan Muatan Sumbu Terberat menggunakan prinsip kesetimbangan momen gaya. Muatan Sumbu Terberat pada kendaraan dengan konfigurasi 1.1 umumnya terletak pada sumbu belakang, sehingga sumbu depan menjadi titik awal momen sehingga dapat diformulasikan menjadi:

*. q = jarak dari Sumbu pertama (As roda depan) ke titik berat muatan;
*. L = Load atau muatan dalam kg;
*. a = jarak wheelbase atau As roda depan sampai dengan As roda belakang;
*. S2 = Berat timbangan sumbu kedua (belakang) dalam kg.

Pelanggaran Terhadap Muatan Sumbu

Pelanggaran terhadap muatan sumbu dikendalikan melalui jembatan timbang. Penempatan jembatan timbang dilakukan pada lintasan strategis sehingga kelebihan muatan dapat dikendalikan dengan lebih baik. Pelaksanaan pengendalian di jembatan timbang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi. (Sumber: Wikipedia)
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers