Pin It

23 February 2016

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 21:43

Rio Haryanto Resmi Masuk F1, Kenapa Ada Saja Yang Meributkan Penggalangan Dana

Nama Rio Haryanto akhirnya masuk dalam jajaran pembalap yang tampil di ajang Formula 1 untuk musim 2016. Tim Manor Racing mengumumkan Rio menjadi pembalapnya dan mengisi kursi lowong untuk satu musim ke depan. Seperti dikutip di media sosial Facebook dan Twitter resmi Manor Racing, Kamis (18/2/2016), Rio akan melengkapi line-up pembalap Manor yang berusia muda dan haus akan kemenangan.

Nama Rio Haryanto masuk dalam daftar pilot Formula 1 yang populer di media sosial Twitter. Seperti yang dirilis dari akun @f1broadcasting, nama pilot F1 pertama Indonesia itu nangkring di posisi kesepuluh dengan jumlah follower 357.641. Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah hingga Rio resmi menjalani debut pada Grand Prix Australia pada 20 Maret mendatang di Sirkuit Albert Park, Melbourne.


Dan yang saya heran kenapa dari awal banyak orang ribut ketika Menpora membantu mencarikan dana. Padahal cuma membantu mencarikan dana ke BUMN maupun swasta dan bukan memakai APBN. Coba kita lihat dari jaman Lauda (nonton film RUSH deh), yang namanya bayar buat balapan itu praktik yang lazim di F1 atau istilahnya: Pay-driver.

Apa Itu Pay Driver Dalam F1

Coba buka wikipedia dulu: disana tertulis “…many successful drivers, such as multiple F1 world champions Niki Lauda, Michael Schumacher and Fernando Alonso, also started their careers as pay drivers but gradually worked their way up the racing ladder.” Jadi, yang ngidolain Lauda, Schumi, Alonso, mereka dulu juga “bayar” agar bisa balapan.

Masih dari wiki nih: “Many of the so-called pay drivers in F1 today come with good racing records. Sergio PĂ©rez, Pastor Maldonado, Felipe Nasr, Esteban Gutierrez, Rio Haryanto and Jolyon Palmer are all GP2/GP3 race winners.”

jangan-jangan yang mempermasalahkan Rio Haryanto masuk FI harus bayar tidak mengerti F1. Coba simak kiprah Rio Haryanto. Dulu dari jaman Rio umur 17 tahun udah nge-test-drive Virgin Racing F1 di tahun 2010. Ini saya kasih foto secuil prestasi Rio Haryanto. Masih gak percaya? Di Youtube banyak video aksi overtake-nya Rio Haryanto. Overtake itu Bahasa Indonesianya "nyalip".


Rio Haryanto itu pembalap Indonesia paling hebat saat ini. Jika banyak rakyat yang kelaparan menjadi alasan, masalah itu tugasnya Mentan, Mensos, trus menteri apalagi ya? Kalau Menpora bantuin cari dana, ya emang udah tugasnya bukan? Dan ini juga bukan dana APBN.

Total biaya yang dibutuhkan Rio Haryanto untuk berlaga dengan Manor Racing adalah 15 juta Euro. Pertamina “hanya” membayar 5,2 juta Euro. Sisanya sebesar 9 koma sekian juta Euro inilah yang diharapkan Menpora, dapat ditanggung oleh sponsor lain, baik swasta atau BUMN lain (catatan: KADIN dan pengusaha Sandiaga Uno telah memberikan indikasi untuk urunan menyeponsori Rio).

Sebagai pembanding, Garuda Indonesia (sesama BUMN) bikin kontrak eksklusif dengan Liverpool FC dengan nilai 9 juta Euro per tahun. Dan itu sudah sejak 2012, masuk tahun ke-4, atau sudah sekitar 36 juta Euro digelontorkan). Jauh lebih besar dari yang dikeluarkan Pertamina.

Dan duit segitu, sangat kecil jika melihat nilai take-over saham Inter Milan oleh pengusaha Erick Thohir sekitar 70%, atau 250 juta Euro. Industri olahraga itu mahal.

15 juta euro itu kehitung kecil di industri olahraga sekarang. Kalau di sepak bola cuma dapet pemain bola kelas kacang di Premier League sana. Sayangnya, orang Indonesia mindsetnya olahraga itu cuma melulu dapat piala, dapet medali. Padahal di balik itu tersimpan potensi bisnis dan ekonomi yg jauh lebih besar: promosi wisata, produk, branding, marketing, jualan merchandise. Kalau mau jadi bangsa besar, berpikir seperti bangsa besar, jaya, kaya. Kecuali mau terus jadi bangsa kerdil, ya terserah.

Dan F1 itu masuk kategori Mega (Sporting) Events , sekelas sama FIFA World Cup, NBA, Olimpiade, dan MotoGP. Oiya, Mega Events itu, menurut sosiolog Inggris Maurice Roche dalam bukunya Mega-Events and Modernity (2000) mengatakan: "Mega Events are large-scale cultural (including commercial and sporting) events, which have a dramatic character, mass popular appeal and international significance”.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers