Pin It

09 December 2015

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 18:39

Teman Adalah......

Banyak orang bilang kalau persahabatan itu abadi. Tapi, kenyataannya, makin banyak teman yang makin jauh di mata sekaligus jauh di hati. Kalau sudah begitu, mungkin definisinya bukan lagi teman. Melainkan teman saya dulu.


Agar tetap punya banyak teman, atau tetap punya teman dalam jumlah yang ideal (terlalu banyak teman juga buat apa?), memang ada beberapa cara. Mencari teman bisa lewat lingkungan tempat kita tinggal. Repotnya, karena kita makin sibuk, belum tentu lingkungan itu memberikan peluang bagi para tetangga untuk menjadi teman. Ironisnya, walau bangsa kita ini mengklaim diri sebagai bangsa yang ramah dan mengutamakan umum dan kebersamaan di atas individu, rumah-rumahnya makin lama malah makin seperti benteng. Pagar makin tinggi, makin solid, makin tertutup. Apalagi di perumahan-perumahan di kota-kota besar. Saya pribadi paling anti hal ini. Rumah saya tetap tanpa pagar.

 Mencari teman juga bisa lewat tempat bekerja. Namun, alangkah susahnya ketika ada conflict of interest antara pertemanan dan pekerjaan. Kemudian, kalau kita punya hobi dan kesukaan, ada lagi jalur komunitas. Kita hobi apa, maka teman-temannya ya dari lingkungan itu. Kadang cocok, lalu benar-benar menjadi pertemanan. Kadang cocoknya sebentar, lalu kemudian jadi berhenti sendiri atau malah bermusuhan. Kalau sudah begini, apa itu definisi teman?

Kalau kita mencari-cari, ada begitu banyak ungkapan/kutipan tentang pertemanan. Rata-rata manis-manis dan sering dijadikan status. Walau rata-rata sebenarnya juga sekadar manis, belum tentu realistis dan praktis. Misalnya: Teman yang baik adalah teman di saat senang maupun susah Ini termasuk yang sangat sulit penerapannya. Kalau teman itu butuh bayar utang Rp 1 juta, dan kita hanya punya Rp 1 juta di bank, lalu kita bisa apa? Saya rasa, ucapan Saya doakan semoga badai segera berlalu tidaklah cukup untuk membuktikan diri sebagai teman sejati.

Teman yang baik siap membela apabila yang lain menyudutkan. Ini patut dipertanyakan. Kalau kita memang punya kesalahan, dan itu membuat orang lain menghindari kita, maka teman yang membela itu justru aneh. Atau malah dia punya agenda tertentu? Setelah dipikir-pikir, saya mungkin tidak mau terlalu memusingkan apa itu definisi teman yang sebenarnya.

At the end of the day, kita harus bisa memikirkan diri sendiri, menjadi diri sendiri, sehingga semaksimal mungkin tidak bergantung pada orang lain. Tapi, bukan berarti jadi selfish. Kalau memang sedang kesusahan, dan ternyata ada yang membantu tanpa pamrih, kita patut bersyukur sebesar-besarnya. Dan kalau ada yang kesusahan, dan kita bisa sedikit atau banyak membantu, ya tentu kita bisa berpartisipasi dalam berbagai cara. Tidak hanya lewat ucapan saya doakan semoga lebih baik ya.

Dan ini satu pandangan saya untuk mendefinisikan apa itu teman yang sebenarnya. Tidak muluk, tidak di awang-awang. Sangat menginjak bumi, sangat praktis, sangat realistis: Real friends get offended when you insult them. They smile and call you something even more offensive. Artinya: Teman sejati tidak akan tersinggung ketika kita menghujat atau menghina mereka. Justru mereka akan tersenyum, lalu membalas menghujat dan menghina kita dengan kata-kata yang lebih pedas.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers